Kalau ditanya sekarang bagaimana perasaan setelah resign, mungkin saya bisa bilang campur aduk tapi lebih banyak bahagianya. Setelah saya resign di Desember 2017, kegiatan saya sebagian besar diisi oleh bisnis Bajuyuli dan mengasuh anak. Saya mulai kenalan lebih dekat dengan Bajuyuli dan mulai masuk ke arah teknis operasional Bajuyuli. Dipa pun semakin lengket dengan saya. Saat saya resign Dipa berusia 8 bulan dengan fase baru mengenal orang tua dan sekitar. Dipa pun saya ajak kemanapun saya pergi. Begini ternyata rasanya full time mengasuh anak, jauh lebih cape dibanding nyambi dengan bekerja kantoran. Tapi melihat tahapan tumbuh kembang anak dari hari ke hari membuat rasa cape pun tidak terasa.
Maret 2018 saya merasa ada yang aneh dengan diri saya, karena saya belum saja menstruasi. Setelah mencoba test pack, qadarullah ternyata saya hamil. Saya sempat panik dan takut karena Dipa baru berusia 11 bulan. Nangis-nangis lebay gak jelas selama 1-2 hari karena panik. Tapi setelah itu alhamdulillah hati saya kembali tenang, saya harus lebih banyak bersyukur karena ternyata Allah percaya untuk memberi kami amanah lagi. Di dunia ini saya yakin gak ada yang namanya kebetulan, semua yang terjadi pasti sesuai dengan kehendak-Nya. Begitu pula dengan hal yang saya alami dengan kehamilan anak kedua ini.
Seperti dua sisi mata koin, kalau ada senang pasti ada sedih juga dong ya. Sedih yang saya rasakan setelah resign ini saat melihat teman-teman di social media yang bisa bepergian dari kota satu ke kota lain saat dinas luar kantor. Kangen rasanya mengalami hal itu. Dulu waktu di Bandara Soetta hampir tiga bulan sekali saya mendapatkan dinas luar. Melihat teman-teman yang posting ini itu tentang bandara ngebuat saya kengeeen kerja di bandara dengan lika-likunya. Kadang saya juga merasa kangen menjadi seorang profesional dan menjadi seorang engineer dengan segala rutinitasnya.
Setelah saya pikir-pikir ternyata yang saya kangen-kan dari pekerjaan kantor adalah kesempatan untuk mengembangkan diri. Namun pengembangan diri bisa saya dapatkan dimana saja, jika sudah tidak bekerja saya harus lebih aktif lagi melihat peluang-peluang yang ada untuk mengembangkan diri. Hal yang paling menenangkan saya ketika sedikit keresahan melanda adalah berpikir kembali alasan saya kenapa harus resign. Mempelajari lagi tentang fitrah seorang perempuan dan seorang ibu untuk berada di rumah. Alhamdulillah setelah belajar dan bertafakur hati pun kembali tenang dan senang.
“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Pemimpin negara adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan ia akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Seorang wanita adalah pemimpin bagi anggota keluarga suaminya serta anak-anaknya dan ia akan ditanya tentang mereka. Seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya dan ia akan ditanya tentang harta tersebut. Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari 893 dan Muslim 1829).
0 comments:
Post a Comment